Fakta Maluku, Malteng – Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa mengambil langkah tegas turun langsung ke Negeri Kailolo, membawa pesan kuat untuk rakyat proses hukum tidak akan mandek dan perdamaian tidak boleh retak.
Didampingi Wakil Gubernur Abdullah Vanath, Bupati Maluku Tengah, hingga jajaran Forkopimda, kehadiran Lewerissa bukan sekadar simbolik. Dirinya bicara lugas, menyentuh hati, dan menggugah kesadaran kolektif warga untuk kembali pada semangat “orang basudara”.
“Kalau proses hukum tidak berjalan, salahkan kami,” tegas Gubernur di hadapan warga dan tokoh adat, menegaskan bahwa negara hadir dan tidak akan membiarkan rakyatnya berjalan dalam gelap.
Ini adalah hari ke-49 masa jabatannya, namun Gubernur Lewerissa tidak duduk di balik meja birokrasi. Lewerissa memilih datang ke titik panas konflik, mengangkat suara rakyat yang terluka dan memastikan tidak ada impunitas.
Satu tersangka telah ditangkap. Pemeriksaan terus bergulir. Kepolisian diberi tenggat 10 hari untuk menuntaskan seluruh proses hukum, dari penyidikan hingga ke pengadilan.
“Kami tidak menutup mata, tidak menutup telinga. Kami datang karena kami mencintai negeri ini,” lanjut Lewerissa,
Sementara itu, Wakil Gubernur Abdullah Vanath juga menyerukan agar masyarakat tidak terprovokasi, menyerahkan sepenuhnya penyelesaian pada jalur hukum. “Perdamaian bukan tanggung jawab pemerintah saja. Ini tanggung jawab kita semua,” ujarnya.
Kunjungan ini menjadi sinyal kuat bahwa Pemerintah Provinsi Maluku tidak akan membiarkan keadilan berjalan pincang. Dan di balik setiap kata yang diucapkan, ada satu pesan yang menggetarkan: “Kita bukan hanya pemimpin, tapi juga orang tua bagi rakyat Maluku.”(NS)