Baru dilantik, Wakil Bupati Maluku Tengah langsung hadapi konflik dan tampil sebagai sosok pemersatu masyarakat.
Oleh Edward Nicolas Sanamasse.
Fakta Maluku, Malteng – Mario Lawalata, Wakil Bupati Maluku Tengah, menjadi sorotan publik usai turun langsung merespons dua konflik sosial yang nyaris bersamaan terjadi awal April 2025 di Seram Utara dan kawasan Tulehu–Tial.
Baru beberapa pekan dilantik, ia langsung dihadapkan pada kenyataan getir tentang rapuhnya perdamaian di wilayah yang pernah porak-poranda oleh konflik masa lalu.
Namun Mario tidak memilih duduk diam. Ia turun ke lapangan, menyapa masyarakat, berdialog dengan pemuda, dan merangkul tokoh adat serta agama. “Saya tidak ingin konflik menjadi warisan generasi berikutnya. Kita harus putus mata rantainya, sekarang juga,” tegasnya usai bentrokan terjadi.
Di Seram Utara, ketegangan antara warga Sawai dan Rumaholat menewaskan Bripka Husni Abdullah, seorang anggota kepolisian yang gugur saat mengamankan bentrokan.
Di Tulehu dan Tial, konflik antar pemuda menelan korban jiwa serta memicu blokade jalan. Dalam kondisi genting ini, pendekatan cepat dan humanis Mario menjadi angin segar.
Sapaan akrab Ayo Lawalata ini, mendorong pertemuan rekonsiliasi berbasis kearifan lokal. “Damai itu bukan proyek seremonial. Ini soal masa depan anak-anak kita,” ujarnya ketika meninjau wilayah konflik. Ia juga menggagas pembentukan tim kerja lintas desa yang melibatkan pemuda, tokoh perempuan, dan lembaga adat.
Langkah Mario memantik apresiasi masyarakat. Warga Tulehu dan Tial yang awalnya saling curiga, kini mulai membuka ruang komunikasi. Seorang tokoh adat menyebut, “Kalau pemimpin turun langsung, rakyat akan mendengar. Mario buktikan itu.”
Bagi banyak pihak, Mario Lawalata bukan hanya wajah baru di pemerintahan daerah, tapi juga simbol harapan baru: bahwa damai bukan sekadar warisan yang dijaga, tapi hasil dari keberanian untuk hadir di tengah bara.(NS)