FAKTA MALUKU, Tanimbar – Nilai Tukar Petani (NTP) di Maluku kembali jadi kabar muram. Data BPS yang dirilis 1 September 2025 mencatat NTP Agustus 2025 hanya 96,82, turun 1,29 persen dibanding bulan sebelumnya. Dengan angka itu, Maluku resmi menempati peringkat paling bawah secara nasional urutan 38 dari 38 provinsi.
“Kalau ada olimpiade siapa yang paling sengsara di level petani, Maluku tak perlu seleksi internal. Kita otomatis juara terakhir, tukang pegang papan skor di belakang,” sindir Al Mahulette, pemerhati isu pertanian Maluku kepada wartawan di Ambon, Selasa (9/9/2025).
Bagi yang belum familiar, NTP adalah ukuran daya beli petani. Jika di atas 100, petani masih bisa bernafas lega. Namun jika di bawah 100, artinya hasil panen dijual murah, sementara kebutuhan pokok dan biaya produksi semakin mahal. “Ibarat kerja keras tiap hari, tapi dompet tetap bocor,” terang Al.
Di Maluku, harga hasil pertanian turun 0,88 persen, sedangkan harga yang harus dibayar petani justru naik 0,41 persen. Kombinasi ini membuat daya beli petani langsung terjun bebas.
Tak hanya satu subsektor, tiga sektor utama ikut tumbang: tanaman pangan 1,32 persen, perkebunan rakyat 3,01 persen, dan peternakan 1,12 persen. Hanya hortikultura (+0,47 persen) dan perikanan (+3,15 persen) yang memberi sedikit harapan. “Tapi itu ibarat dua lilin kecil di tengah mati lampu seprovinsi tetap gelap, bro,” tegas Al.
Masalah makin runyam ketika IKRT (Indeks Konsumsi Rumah Tangga) naik 0,40 persen alias biaya rumah tangga makin berat. Sementara NTUP (Nilai Tukar Usaha Pertanian) anjlok 1,20 persen, yang berarti keuntungan petani makin menipis.
“Pertanyaannya, kok bisa Bengkulu melesat sampai 201,80, sementara Maluku ngos-ngosan di bawah 100? Apakah petani Bengkulu panen emas batangan, sedangkan petani Maluku panen janji-janji manis? Atau jangan-jangan yang tumbuh subur di Maluku bukan padi, bukan cengkeh, tapi ironi?” sindir Al.
Ia menutup dengan peringatan keras, “Kalau kondisi ini dibiarkan, jangan heran slogan daerah berubah dari Maluku sebagai lumbung ikan nasional menjadi Maluku sebagai lumbung masalah petani nasional.”tandasnya.(NS)